PalingGokil 50+ Gambar Burung Enggang. Oktober 31, 2020 0 Comments
Jumlah Pengunjung 7,485 Tari Burung Enggang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia dalam hal tarian tradisional. Dari Sabang sampai Merauke kekayaan budaya Indonesia seakan tidak ada habisnya. Di setiap wilayah memiliki tarian daerah yang menarik dan kaya akan sejarahnya masing-masing. Maka dari itu, mengeksplorasi tarian daerah di Indonesia menjadi hal yang menyenangkan untuk lebih mengenal budaya dari negara kita tercinta ini. Sejarah Tari Burung Enggang Tari Burung Enggang – foto Tari Burung Enggang merupakan salah satu tarian tradisional Indonesia yang menarik untuk dikulik Berasal dari Kalimantan Timur. tarian yang satu ini sangat populer dan sering pula ditampilkan dalam event-event Indonesia berskala Internasional. Bahkan kalian mungkin tidak asing dengan Tari Burung Enggang ini. Nah, untuk kalian yang belum terlalu mengenal tentang apa, sih filosofi dari Tari Burung Enggang ini? Atau masih ingin tahu lebih jauh tentang tarian dari Kalimantan Timur ini? Yuk simak hal-hal tentang Tari Burung Enggang di bawah ini. Sekilas tentang Tari Burung Enggang Tari Burung Enggang – foto ig ameera_nadia_calista Mungkin kalian tahu tarian yang satu ini tapi tidak mengetahui namanya. Ya, Tari Burung Enggang namanya. Tari Burung Enggang atau biasa disebut dengan Tari Enggang ini adalah sebuah tarian Suku Dayak Kenyah Kalimantan Timur. Tari Burung Enggang ini menjadi salah satu tarian wajib dalam setiap upacara adat Suku Dayak Kenyah. Konon, tarian yang satu ini dibawakan dalam upacara keagamaan untuk memuliakan nenek moyang suku tersebut. Tari Burung Enggang – Sumber Rupanya tarian ini benar-benar terinspirasi dari Burung Enggang. Uniknya, orang Dayak Kenyah dari Kalimantan Timur percaya bahwa bahwa nenek moyang mereka menyerupai Burung Enggang yang turun dari langit. Karena kepercayaan itulah mengapa Burung Enggan sangat dimuliakan oleh orang-orang Suku Dayak. Adanya tarian ini bermaksud untuk menghormati para leluhur Suku Dayak. Selain itu, makna lain dari Tari Burung Enggan ini yakni sebagai symbol perpindahan suku Dayak. Burung Enggang rupanya suka berpindah tempat seperti kehidupan Suku Dayak pada zaman dulu yang senang berpindah-pindah tempat atau bisa disebut nomaden. Tujuannya untuk berlindung dari musuh dan bertahan hidup. Baca Juga ya Asal Usul Dan Sejarah Tari Buyung Tari Burung Enggang – Sumber Pakaian yang dipakai para penarinya pun cukup menyita perhatian. Penari biasanya menggunakan setelan berwarna hitam dengan bawahan rok yang mana setelan tersebut bertabur manik-manik dan hiasan cantik yang memberi kesan tangguh sekaligus anggun. Kemudian penari wanita juga menggunakan semacam hiasan kepala yang berbentuk topi berbulu atau seperti bandana yang juga memiliki ornament bulu seperti Burung Enggang. Hiasan kepala pada penari Tari Burung Enggang ini menunjukan keanggunan dan ketangguhan mereka. Meskipun wanita, mereka menjadi pribadi yang berani namun tetap berperilaku baik. Untuk lebih mengenal tentang Tari Burung Enggang ini, yuk simak filosofi singkat seputar gerakan dan maksud dari Tarian yang berasal dari Kalimantan Timur ini. Baca Juga ya Inilah Rumah Adat Lamin Kalimantan Timur Filosofi gerakan Tari Burung Enggang Tari Burung Enggang – Sumber Tari Burung Enggang ini biasanya dibawakan oleh para perempuan yang menjadi filosofi dari Burung Enggang yang anggun dan cantik. Para penari tari enggang ini juga biasanya terdapat bulu-bulu Burung Enggang pada tangan masing-masing penari. Ada tiga gerakan dasar dari Tari Burung Enggang ini yakni Nganjat, Ngasai, dan Purak Barik. Nganjat menjadi gerakan utama dalam tarian ini. Gerakannya menyerupai Burung Enggang yang membuka dan menutup sayapnya. Kemudian pada gerakan Ngasai menandakan penari bergerak seperti Burung Enggang yang sedang terbang. gerakan Tari Burung Enggang – foto ig tiomega279 Lalu yang terakhir adalah Purak Barik yang memiliki arti penari berpindah tempat seperti yang biasa dilakukan oleh Burung Enggang yang suka hidup berpindah-pindah atau nomaden seperti kehidupan Suku Dayak dahulu. Tari Burung Enggang ini menjadi tarian yang populer dan dikenal sebagai tarian tradisional yang menawan dari Indonesia. Meskipun banyak ditemui Tari Burung Enggang Kreasi Baru yang lebih modern dan bervariasi, namun filosofi dan makna dari tarian yang satu ini tetap terjaga yakni mengajarkan arti menghormati leluhur dan mempererat tari persaudaraan antar suku dan budaya lain di negara ini. Nah, itulah ulasan singkat mengenai Tari Burung Enggang yang populer dan menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Timur dan juga Indonesia. Apakah kalian pernah menonton tarian yang satu ini sebelumnya?
SekretariatKONI Provinsi Kalimantan Timur, Jalan Kesuma Bangsa Samarinda lebar logo 5.5cm, pada bagian belakang / pundak bertuliskan Kaltim bersama gambar burung enggang, logo disablon karet. 5 Kaos Kaki Bahan : Cotton polyester, bertuliskan Kaltim rajut warna putih. 6 Sepatu Kontingen Bahan : Sol sintetik, upper mesch type running

Pontianak ANTARA - Menyambut HUT ke-64 Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang jatuh pada 28 Januari 2021, kemeriahan tampak terlihat di berbagai sudut kota, terutama di lingkungan instansi pemerintahan baik vertikal maupun horizontal. Spanduk, baliho, umbul-umbul, bertebaran meski tentu saja pandemi membuat tidak "semeriah" tahun sebelumnya. Tahun ini, tema yang diangkat adalah "Kalbar Maju dan Inovativ". Ini tentu sangat sesuai dengan kondisi saat sekarang, ketika pandemi COVID-19 membuat semua harus kreatif, inovatif, dan berani "out of the box". Pelayanan publik tetap jalan, namun tidak mengurangi kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Tahun ini, Pemprov Kalbar pun telah mengeluarkan logo resmi yang dapat dipakai untuk keperluan publikasi maupun pemasang iklan. Lihatlah, betapa indah dan menawan ilustrasi dari burung enggang yang dipadu dengan manusia yang seolah ingin menggapai puncak. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa enggang itu ada berbagai jenis. Di Indonesia berdasarkan situs ada 13 jenis enggang. Provinsi Kalbar, sesuai SK Mendagri Nomor 48 Tahun 1989 tanggal 1 September tentang pedoman penetapan identitas flora dan fauna daerah, maskotnya adalah enggang gading. Dikutip dari situs enggang gading Rhinoplax vigil merupakan salah satu spesies yang mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang besar dan suara calling’-nya yang bisa menggema ke penjuru hutan. Dengan postur tubuh yang besar, bulu ekor yang panjang menjuntai, bulu mata yang lentik, bentang sayap yang lebar, tampilan kepala yang unik membuat enggang gading terkesan sebagai burung purba. Enggang gading sudah lama mendiami hutan-hutan primer di Kalimantan Barat. Namun sayangnya, masih banyak yang salah kaprah, dan malah tidak mengetahui bahwa maskot Kalbar adalah enggang gading, bukan enggang cula atau badak. Padahal, enggang cula atau badak, telah digunakan sebagai maskot resmi Sarawak, negara bagian Malaysia di Pulau Kalimantan. Lebih gampang untuk membedakan, enggang badak atau cula, mempunyai balung atau lekukan diatas paruh mengarah ke atas. Sedangkan enggang gading tidak. Jadi, sebaiknya cek kembali sebelum menggunakan gambar enggang untuk peringatan resmi Pemprov Kalbar.

BurungEnggang Logo. Logo Burung Enggang Dayak From 2. Cara membuat burung dari origami Ciri burung blackthroat betina Ciri burung flamboyan jantan betina Cara membedakan burung srdc jantan dan betina. Source: Bernard Sellato-Burung Enggang/Hornbill and Dragon Naga then: Kalimantan. Sarawak. Sabah. Brunei-Jakarta, Elf Aquitaine Indonésie

– Burung enggang atau biasa dikenal burung rangkong keberadaannya di alam sudah hampir jarang ditemui sehingga ditetapkan sebagai spesies yang dilindungi. Dari total 32 jenis enggang di Asia, hampir setengahnya berada di Indonesia; tiga jenis di antaranya bersifat endemik. Habitat burung enggang ini sebagian besar berada di Kalimantan. Bagi suku Dayak, burung eksotis ini memiliki makna tersendiri dan dikeramatkan. Nah, pada artikel kali ini, kita akan mengenal lebih dalam tentang burung enggang yang khas dari tanah Kalimantan. Ciri-Ciri Umum Burung Enggang Burung enggang memiliki ciri khas tersendiri sehingga mudah dikenali. Bentuk paruhnya besar, melengkung, panjang, dan ringan. Di bagian atas paruhnya terdapat balung atau disebutnya casque yang hanya dimiliki oleh burung enggang ini. Setiap jenis memiliki perbedaan warna bulu, bentuk, ukuran, dan warna balungnya. Dari banyaknya jenis burung enggang yang ada di Indonesia, enggang gading merupakan salah satu jenis yang istimewa. Pasalnya jenis ini dijadikan sebagai maskot Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 1990. Diantara jenis lainnya, jenis burung enggang gading ini merupakan jenis burung yang terbesar ukurannya. Mulai dari ukuran kepala, paruh dan juga pada bagian tanduknya yang menutupi bagian dahinya. Burung enggang gading ini selain memiliki casque dengan bentuk yang unik, juga memiliki bulu yang indah. Bulu ekornya panjang menjuntai, bentang sayangnya lebar, dan juga bulu mata yang lentik. Jenis kelamin bururng enggang dewasa dapat dikenali melalui perbedaan warna balung, warna sayap, paruh, mata dan ukuran tubuh Saat berusia muda, Burung enggang ini mempunyai paruh dan mahkota berwarna putih bersih. Seiring usianya, paruh dan mahkotanya akan berubah warna menjadi oranye dan merah. Hal ini akibat dari seringnya enggang menggesekkan paruh ke kelenjar penghasil warna oranye merah yang terletak di bawah ekornya. Pakan favorit burung enggang yakni daun ara. Selain itu burung enggang tidak jarang juga memakan tikus, serangga, kadal bahkan burung kecil. Burung enggang dikenal memiliki kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnnya yang sangat unik. Perkembangbiakan Burung Enggang Burung enggang memasuki musim bertelur dimulai dari bulan April sampai Juli. Saat awal masa bertelur, burung enggang jantan membuat lubang pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya betina. Dalam masa mengerami telurnya, sang betina bersembunyi menutup lubang dengan dedaunan dan lumpur. Pada masa tersebut, burung enggang jantan akan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung yang siap hidup di dunia luar. Uniknya lagi, anak-anak burung yang lebih besar membantu burung jantan dewasa menyediakan makan bagi burung betina dan anak-anaknya yang baru menetas di sarang. Burung Enggang Bagi Masyarakat Suku Dayak Bagi masyarakat suku Dayak, burung enggang ini dianggap sebagai lambang kesucian dan kekuatan. Burung enggang kerap dijadikan sarana berkomunikasi dengan leluhur. Masyarakat suku Dayak juga mempercayai bahwa konon roh alam yang melindungi Pulau Kalimantan dan masyarakat Dayak sering menampakkan diri dalam wujud enggang raksasa atau dikenal sebagai Panglima Burung. Burung enggang ini pada umumnya dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi dikonsumsi. Apabila ada burung enggang yang ditemukan mati, tubuhnya tidak dibuang oleh suku Dayak. Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala baju adat mereka. Hiasan kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang-orang terhormat di suku Dayak. ran

PalingPopuler 22+ Gambar Burung Untuk Logo Gani Gambar from ganigambar.blogspot.com. Logo burung enggang keren indeed recently is being hunted by users around us, perhaps one of you personally. Apakah anda mencari gambar transparan logo, kaligrafi, siluet di burung, toucan, burung enggang? Terkeren 30 gambar kartun burung enggang gambar lukisan.

This research will analyze the folklore of East Borneo in the form of myth about the hornbill descended down by Dayak Kenyah people associated with its relevance to the development of nation character. The theory used is the theory of 'layers of social reality'. The theory will reveal five layers of meaning contained in a system or symbol contained in culture and tradition. Starting from the meaning of layers of empirical meaning, to the meaning of the layer of world view at the level of ideas that store local wisdom. These findings will be formulated in the form of recommendations to specific parties, for example for the preparation of curriculum, especially local content subjects at the school level, and or for East Kalimantan Literature courses at the university level. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 31 MAKNA MITOS CERITA BURUNG ENGGANG DI KALIMANTAN TIMUR Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman Jl. Pulau Flores Samarinda, Kalimantan Timur Pos-el saqilahanum ABSTRAK Penelitian ini akan menganalisis cerita rakyat Kalimantan Timur berbentuk mitos tentang burung Enggang yang diturunkan secara turun menurun oleh masyarakat Dayak Kenyah dikaitkan dengan relevansinya terhadap pengembangan karakter bangsa. Teori yang digunakan adalah teori 'lapis realitas sosial'. Teori tersebut akan mengungkap lima lapis makna yang terkandung di dalam sebuah sistem atau simbol yang terdapat dalam kebudayaan dan tradisi. Dimulai dari pemaknaan lapis makna empiris, sampai pada pemaknaan lapisan pandangan dunia world view pada tataran ide yang menyimpan kearifan lokal. Temuan ini akan disusun dalam bentuk rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu, misalnya untuk penyusunan kurikulum pendidikan khususnya mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat sekolah, dan atau untuk mata kuliah Sastra Daerah Kalimantan Timur di tingkat perguruan tinggi. Kata kunci karakter bangsa, cerita rakyat, Dayak Kenyah ABSTRACT This research will analyze the folklore of East Borneo in the form of myth about the hornbill descended down by Dayak Kenyah people associated with its relevance to the development of nation character. The theory used is the theory of 'layers of social reality'. The theory will reveal five layers of meaning contained in a system or symbol contained in culture and tradition. Starting from the meaning of layers of empirical meaning, to the meaning of the layer of world view at the level of ideas that store local wisdom. These findings will be formulated in the form of recommendations to specific parties, for example for the preparation of curriculum, especially local content subjects at the school level, and or for East Kalimantan Literature courses at the university level. Keywords national character, folklore, Dayak Kenyah Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 32 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 A. PENDAHULUAN Kearifan lokal adalah inti dari kebudayaan atau tradisi bangsa. Melalui nilai-nilai kearifan lokal, manusia bisa menelusuri masa lalu, masa kini dan bahkan masa yang akan datang. Nilai-nilai yang menjadi falsafah hidup itu adalah sebuah gagasan yang lahir dari budi luhur bangsa di Nusantara dan dijadikan pedoman penting dalam tatanan hidup. Sangat wajar bila bangsa Indonesia memiliki keberagaman adat dan budaya sebab masing-masing suku bangsa memiliki cara pandang dan sikap untuk melaksanakan kehidupan. Perbedaan kondisi geografis, alam dan lingkungan membuat manusia harus berpikir, harus bertindak untuk mengatasi persoalan dalam hidup. Modernitas telah mencerabut masyarakat dari akar tradisinya. Tidak hanya tercerabut tradisinya, tapi juga mengalami disorientasi nilai kemanusiaan. Realitas ini menurut Francois Lyotard 1960 memunculkan situasi nirmanusia ketika manusia terpisah dari nilai kemanusiaannya. Menurutnya, muara dari persoalan ini adalah konsep hidup modern itu sendiri. Kehidupan modern menjadi sebuah arena pacu kecepatan. Siapa yang memiliki akses tercepat terhadap informasi, maka dialah yang menguasai dunia. Bagi kalangan Dayak Kenyah, nenek moyang mereka adalah sosok yang berasal dari langit yang turun ke bumi dengan bentuk menyerupai bentuk burung enggang. Hal ini terkait dengan sistem religi yang diyakini oleh leluhur orang Dayak Kenyah. Mereka percaya adanya sosok gaib Bungan Malan sebagai pencipta kehidupan, alam raya dan manusia, dan Peselun Luhan sebagai Dewa pemelihara kehidupan. Selain itu mereka juga mempercayai sosok Dewa menakutkan bernama Bungan Ketepat yang berperan sebagai penguasa kematian, dialah yang mengakhiri kehidupan. Tempat dewa-dewa tertinggi tersebut adanya di “dunia atas,” atau di langit. Dunia atas itu dibayangkan berupa alam yang amat luas tak bertepi da tanpa kayu-kayuan Sedyawati, 199550—51. Melalui pengungkapan nilai-nilai kaerifan lokal dalam cerita burung enggang ini, akan diungkapkan mitos asal usul leluhur Suku Dayak. Mitos tentang asal-usul leluhur mereka yang dipercayai datang dari dunia lain akan dinalisis untuk mendapatkan makna. Tujuan penelitian ini adalah 1 mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam mitos burung Enggang dalam cerita rakyat Kalimantan Timur; dan 2 menemukan relevansinya dengan pengembangan karakter kebangsaan. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan sumbangsi berupa solusi yang dirumuskan dalam konsep-konsep untuk kembali membetuk karakter bangsa berdasarkan kearifan lokal yang terkandung dalam cerita rakyat Kalimantan Timur tersebut. Temuan ini nantinya dapat disusun dalam bentuk rekomendasi kepada pihak-pihak tertentu, misalnya untuk penyusunan Lihat hasil wawancara Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 33 kurikulum pendidikan untuk mata pelajaran Muatan Lokal di tingkat sekolah, dan/atau untuk mata kuliah Sastra Daerah Kalimantan Timur di tingkat perguruan tinggi. B. KERANGKA TEORI Teori yang akan digunakan adalah teori lapis relaitas sosial yang akan menguraikan lima lapis makna yang terdapat dalam cerita rakyat Dayak kenyah tersebut. Teori ini dirumuskan oleh Mudjahirin Thohir. Thohir menganggap bahwa pada dasarnya tradisi memiliki lima lapis makna Thohir, 2011. Lapis makna pertama dimulai dengan memaknai dunia empirik dari sebuah objek atau dengan bahasa lain realitas parsialis, kemudian bagian kedua adalah dunia simbolik atau pattern and structure, dan berikutnya adalah dunia pemaknaan atas simbol yang terbaca, dan yang keempat adalah dunia ide yang sifatnya teoritik dan metodologik, dan yang terakhir adalah pandangan dunia atau yang lazim disebut world view Thohir, 2011. Penelitian ini termasuk baru sebab sejauh penelusuran peneliti, tidak ditemukan penelitian serupa. Ada beberapa penelitian cerita rakyat Kalimantan Timur yang ditemukan tetapi belum ada yang spesifik mengarah pada objek dan kajian yang sama. Salah satu penelitian tentang Dayak Kenyah adalah Konsep Tata Ruang Suku Bangsa Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Penelitian tersebut dilaksanakan oleh Edi Sedyawati dan tim, dan dipublikasikan dalam sebuah buku dengan judul tersebut pada tahun 1995. Laporan Sedyawati dan tim menyebutkan bahwa, tempat komunitas Dayak Kenyah yang berada tepat di tengah pulau Kalimantan yang besar sangat berpengaruh terhadap sistem kepercayaan yang mereka miliki. Karena tempat yang terisolir, mereka punya cara tersendiri dalam menghadapi tantangan hidup. Orang Kenyah lalu menghadapi tantangan itu dengan cara yang rasional dan irrasioanl. Mereka lalu mempercayai adanya Dewa, mahluk-mahluk supranatural yang berwujud burung dan sebagainya Sedyawati dkk, 199549—59. Penelitian ini hanya menggambarkan kearifan lokal Dayak kenyah secara umum dan hubungannya dengan konsep tata ruang. C. METODE PENELITIAN 1. Objek penelitian Obyek dari penelitian ini adalah sebuah cerita rakyat Kalimantan Timur berupa mitos burung enggang yang selama ini diceritakan dari generasi ke generasi. 2. Sumber Informasi Data dan Subjek Penelitian Sumber informasi data didapatkan dari wawancara dan observasi kepada para tokoh adat dan warga suku Dayak Kenyah. Berikut adalah syarat-syarat informan. Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 34 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 a Masyarakat suku Dayak Kenyah. b Mengetahui masalah yang diteliti. c Berumur 30 tahun ke atas. d Indra ucap dan pendengarannya masih prima. e Sehat dan waras. f Tidak pernah bertempat tinggal di negeri orang dalam waktu yang cukup lama Dahlan, 200955. Subjek penelitian dalam riset ini adalah nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dari sebuah cerita rakyat Kalimantan Timur dalam relevansinya terhadap pengembangan karakter bangsa Indonesia dapat berlangsung dengan baik dan kondusif. 3. Teknik Pengumpulan Data Pemerolehan data dilakukan dengan teknik wawancara bebas, selain itu dilakukan observasi ke beberapa instansi/pihak dan menggunakan referensi sebagai rujukan untuk mendukung keabsahan data yang telah diperoleh. Informasi sekecil apa pun yang berhubungan dengan objek kajian akan dikumpulkan untuk mendapatkan data seakurat mungkin agar hasil yang maksimal bisa dicapai. Data beerupa hasil wawancara dalam peneilitan ini dilampirkan di halaman lampiran. 4. Analisis Data Analisis data dalam riset ini akan mendeskripsikan data berdasarkan landasan berikut. Lapis 1 realitas empirik simbol dimaknai pada tataran empirik, 2 realitas simbolik simbol yang pemaknaannya sudah terkait dalam konteksnya sebagai simbol’ pattern and structure, 3 realitas makna simbol telah dimaknai, lalu 4 realitas ide yang bersifat teoritik dan metodologis, dan yang terakhir 5 realitas pandangan dunia world view, tempat dimana nilai-nilai dari sebuah sistem atau simbol kebudayaan terlihat Dahlan, 2011. Pada bagian terakhir inilah relevansi pengembangan karakter bangsa akan ditemukan di dalam mitos burung Enggang dayak Kenyah, Kalimantan Timur. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tataran Empirik Burung enggang pada tataran empirik adalah burung enggang yang kita pahami sebaga mahluk hidup yang lahir, tumbuh, dan berkembang di alam hutan yang masih asri. Burung enggang ini adalah penghuni hutan-hutan Kalimantan dan sekitarnya. Maridastuti 200824 menjelaskan bahwa, burung enggang adalah salah satu jenis burung dari famili Buricetodae. Jenis-jenis Rangkong, termasuk juga Julang, Enggang, dan Kangkareng, pada umumnya merupakan penghuni hutan primer Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 35 dengan banyak pohon besar dan tua, agar kelompok ini mudah bersarang dalam lubang-lubang pohon. Rangkong adalah burung besar berparuh tanduk berwarna mencolok sehingga sangat kharismatik. Suara keras kepakan sayapnya menandakan kehadirannya. Burung rangkong merupakan salah satu spesies kunci yang dapat menjelaskan kondisi bagus atau tidaknya suatu ekosistem hutan. Ancaman terbesar untuk kelompok ini adalah berkurangnya habitat bersarang dan pohon buah. 2. Tataran Simbolik Menurutnya Pierce, ikon adalah tanda yang menjadi tanda akibat persamaan atau kesamaan secara potensial dengan sebuah tampilan objek tertentu tanda dengan karakter firstness. Patung enggang ini disebut icon ikon. Semua tanda ikon adalah tanda yang mengikuti sifat dari kenyataan objeknya tanda sebagai ikon Anwar, 200821. Secara empiris, di Badui tidak ada burung enggang, maka dari itu di sana tidak tumbuh tradisi yang kuat terhadap burung enggang. Jadi, burung enggang dalam konteks simbolik ini hanya akan ada dalam ideologi atau alam pikiran orang Dayak. Dari penjelasan inilah dapat dipahami kenapa orang Dayak Kenyah yang ada di Kalimantan Timur, bahkan orang Dayak kenyah yang tersebar di seluruh dunia punya tradisi yang kuat terhadap penyimbolan burung enggang. Maka, simbol atau ikon apa pun yang konsep atau bentuknya merujuk pada burung enggang yang ada di tataran empiris, bagi warga masyarakat Dayak Kenyah adalah sebuah simbol. Hampir di setiap tempat umum di Kalimantan Timur, khususnya di kota Samarinda bisa ditemukan simbol burung enggang, baik itu berupa seni patung, lukisan, dan apa pun yang menggambarkan profil atau bentuk burung enggang. Fakta ini berhubungan langsung dengan realitas empirik bahwa burung enggang telah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan lagi dari kehidupan masyarakat di Kalimantan Timur, khususnya di Ibukota Samarinda. Berikut ini adalah tabel yang menegaskan perbedaan antara burung enggang pada tataran empirik dengan burung enggang pada tataran simbolik. Tabel 1. Perbedaan Burung Enggang pada Tataran Empirik dan Tataran Simbolik Burung Enggang pada Tataran Empirik Burung Enggang pada Tataran Simbolik • Burung enggang yang hidup dan berkembang biak di hutan Kalimantan, yang dapat diamati secara langsung. • Gambar burung enggang di baju kaos. • Patung burung enggang di jalan. • Boneka burung enggang. Pierce menyebutkan bahwa, sifat dasar tertentu yang mendasari sebuah tanda dapat menjadi tanda Anwar, 200818 Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 36 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 • Burung enggang yang dilindungi karena terancam punah, • Burung enggang yang menetas dari telur induknya, hidup dan berkembang biak, lalu mati. • Gambar burung enggang yang ada di logo tertentu. • Gerak tarian burung enggang. • Penggunaan atribut yang berhubungan dengan burung enggang empirik bulu, paruh, dsb. Tidak hanya sampai pada pengunaan simbol burung enggan di event-event atau hiasan simbolik di tempat-tempat tertentunyang populer, misalnya di Kompeks Citra Niaga, sebagaimana yang telah dijelaskan, penggunaan simbol burung enggang ini bahkan sampai di dunia digita/maya. Beberapa pihak telah menggunakan simbol burung enggang sebagai bagian penting dari akun pribadi media sosial mereka. Hal ini bisa ditemukan pada salah satu akun atas nama Kaltim Kumham di media sosial Google+ yang menjadikan gambar burung enggang sebagai poto profil akunnya. Gambar 1. Penggunaan Simbol Burung Enggang pada Profil Akun Google+ Sumber 2015 Penggunaan simbol burung enggan di dunia digital/maya tidak hanya dilakukan oleh orang perseorangan, tetapi juga dilakukan oleh lembaga formal pemerintahan. Sebagai salah satu contoh, laman resmi Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur dengan alamat laman Situs tersebut menampilkan simbol burung enggang dalam tampilan warna mencolok, bertengger di tangkai pohon di dalam lingkaran berwarna putih. Perhatikan gambar berikut ini. Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 37 Gambar 2. Simbol Burung Enggang pada Situs Resmi Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Sumber 2015 Di kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Timur juga dapat ditemukan patung burung enggang yang dipajang di halaman depan kantor. Jumlahnya ada dua dan menjulang dengan sangat kokoh. Bentuknya kurang lebih sama dengan patung burung enggang yang ada di Kompleks Citra Niaga, tetapi material patung yang ada di kantor Gubernur Provinsi Kalimantan Timur ini seluruhnya terbuat dari kayu. Keberadaan patung-patung burung enggang ini membuktikan bahwa, eksistensi burung enggang pada tataran simbolik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kalimantan Timur, tidak hanya masyarakat dalam pengertian umum, tetapi juga menjangkau kalangan elit pemerintahan. Tidak hanya pada seni visual, sosok burung enggang sebagai simbol juga banyak ditemukan dalam karya sastra, terutama karya sastra yang ditulis oleh pengarang dari Kalimantan Timur. Budiman menjelaskan bahwa, dipandang dari perspektif semiotika Peircean, karya sastra pada dasarnya tersusun dari tanda-tanda simbolis karena bahasa yang menjadi media karya sastra seslalu sudah merupakan sistem tanda-tanda konvensioanl Budiman, 200595. Salah salah satu penyair yang menggunakan simbol burung enggang dalam karyanya adalah Mary Ana dalam puisinya yang berjudul Burung enggang Rindu Matahari Ana, 2008161 berikut ini. Burung Enggang Rindu Matahari Malam menua kubur mimpi tentangmu Begitu dekat begitu nyata Meski hanya kembang tidur Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 38 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 Aku telah dilambungkan jauh Mencapai langit Hingga fajar tergelincir di barat sana Hangat napasmu membekas di pipiku Wahai matahariku, Sudikah bangunkan dari tidurku, Bunuh aku dari khayalan yang memabukkan Tikam aku dari keinginan. Aku hilang arah, angin jerumuskanku Pada waktu yang lalu Dan aku membatu sesali jiwaku yang rapuh Pernahkah kau dengar nyanyi Burung enggang di puncak pohon Memanggil-manggilmu lirih? 05-03-2007 Penyair Mary Ana menggunakan simbol burung enggang di dalam puisinya. Apa pun motivasi penyair, tulisan “e-n-g-g-a-n-g” adalah tanda bahasa, simbol, ia sama dengan patung burung enggang atau gambar burung enggang yang ada di baju kaos atau spanduk. Selain digunakan langsung di judul, “burung enggang” juga terdapat di bait terakhir dari puisi tersebut. Penyair menggunakan burung enggang sebagai metafora untuk mengungkapkan maksudnya. 3. Tataran Pemaknaan Burung enggang dimaknai sebagai sebuah nilai kebaikan. Burung enggangpada tataran pemaknaan tidak lagi melihat burung sebagai sebuah mahluk konkret yang kadang ditampilkan dalam bentuk simbol dengan wujud karya seni rupa konkret atau karya seni sastra. Mahluk yang dilindugi tersebut sudah menjadi representase nilai tertentu. Tampaknya sulit untuk memisahkan antara burung enggang sebagai simbol dan burung enggan sebagai sesuatu yang bermakna, sebab jika kita menyebut “simbol,” maka tentu saja ada makna yang diselubungi oleh teks sebagai simbol. Dalam tradisi semiotika patung burung enggang adalah ikon. Pengertian ikon menurut Pierce adalah tanda yang didasarkan atas “keserupaan” atau “kemiripan” “resemblance” di antara representatement dan objeknya, entah objek tersebut betul-betul eksis atau tidak Budiman, 200556. Orang Dayak Kenyah percaya bahwa burung tersebut adalah burung yang memiliki sifat melindungi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Suku Dayak Kenyah di Pampang bahwa, “Itulah makna simbol burung enggang, karena seperti itulah sifat-sifat pemimpin yang bijaksana, baik, dan dapat melindungi warganya dari hal-hal yang membahayakan.” Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 39 Enggang akan melindungi anak-anaknya. Ia dianggap mewakili makna kebaikan yang tidak dimiliki oleh burung lain. Penjelasan ini terdengar rancu sebab semua mahluk hidup jenis apa pun akan memiliki naluri melindungi anak-anaknya. Tetapi secara objektif kita bisa menerima ini sebagai fenomena kultural pada kenyataannya orang Dayak mengistimewakan burung Enggang melebihi hewan-hewan lain. Di sisi lain, menurut Palan, burung enggang juga dianggap membawa semangat bela negara. Burung enggang adalah representase semangat bela negara. Pemaparan yang diperoleh dari kepala suku Dayak Kenyah di Pampang menjelaskan bahwa, suatu ketika leluhur mereka berperang melawan suku Dayak Iban yang ada di perbatasan Malaysia dan Indonesia. Konon saat peperangan akan dimulai, ketika kelompok suku Dayak Kenyah mulai menghunuskan pedang mandau untuk menyerang pihak lawan, seekor burung enggang terbang di atas mereka dan itu dianggap sebagai simbol keberuntungan. Informasi ini sejalan dengan penjelasan Andini yang mengatakan bahwa, orang Kenyah menganggap tanah asal mereka adalah dataran tinggi Apau Kayan Apo Kayan. Mereka kemudian bermigrasi dari dataran tinggi dekat perbatasan Indonesia dan Serawak Malaysia Anggini, 200643. Mitos yang dipercaya oleh masyarakat Dayak Kenyah ini menunjukkan orientasi berpikir mereka yang masih terpengaruh dengan alam pikiran mitis. Alam mitis sebagaimana yang telah dijelaskan Peursen adalah manusia-manusia yang langsung berhubungan dengan daya-daya alam yang serba rahasia Peursen, 198834. Ide kedatangan leluhur mereka dari langit dengan menyerupai burung enggang ini adalah cara mereka menjelaskan identitas kultural mereka, sebagaimana fungsi mitos menurut Peursen adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang Peursen, 198837 Mitos ini semacam “cara mereka memperkenalkan diri,” bahwa leluhur mereka berasal dari langit. Langit adalah tempat yang suci, tempat tinggal para dewa penguasa kehidupan. Secara tersirat dikatakan bahwa leluhur mereka Dayak Kenyah sesungguhnya berasal dari dunia dewa-dewa. Mitos ini adalah modus mereka untuk menunjukkan jati diri bahwa mereka adalah manusia yang unggul, mereka adalah manusia dengan sebaik-baik manusia. Hal ini ditegaskan oleh Laing Along. Menurutnya, sejak dulu leluhur orang Dayak Kenyah sudah mulai berpikir tentang jati diri mereka, tentang kemanusiaan mereka. Along menjelaskan bahwa, kehidupan di hutan membuat mereka berpikir tentang perbedaan mereka dengan mahluk-mahluk lain sesama penghuni hutan, maka dengan kesadaran kemanusiaan yang ada di dalam diri mereka, leluhur Dayak Lihat hasil wawancara. Saat menjelaskan identitas kultural Dayak Kenyah di Pampang 5 Desember 2015. Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 40 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 Kenyah berpikir bagaimana agar mereka dapat dibedakan dengan mahluk-mahluk lain? Untuk menjawab pertanyaan ini mereka melakukan tradisi memanjangkan telinga. Telinga yang panjang menjuntai adalah tanda bahwa mereka adalah manusia. Hal menarik lain yang patut kita diketahui adalah transformasi simbolik yang terjadi di dalam masyarakat Kalimantan Timur. Sudah difahami bahwa simbol burung enggang ini adalah “milik” masyarakat Dayak Kenyah, tetapi karena penggunaannya yang massif, simbol ini tidak lagi hanya berada dalam konteks sempit komunitas Kenyah saja. Ia sudah menjadi milik bersama walau pun masih tetap dalam konteks geografis Kalimanta Timur. Maka, siapa pun yang telah menjadi warga Kalimantan Timur secara politis telah menjadi bagian penting dari tradisi penyimbolan burung enggang. orang-orang lain berdatangan ke Kalimantan Timur dan mereka mengambil bagian dalam kehidupan kultural dan simbol-simbol yang ada di Kalimantan Timur, termasuk bahasa dan lain sebagainya. 4. Tataran Ide Telah difahami bahwa cikal bakal dari pengistimewaan burung enggang ini adalah mitos, dan fungsi mitos sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya berfungsi memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang Peursen, 198837. Jika merujuk pendapat Peursen 1988 orang Dayak Kenyah yang memiliki ide tentang burung enggang ini adalah orang-orang yang masih berada dalam alam pikiran mitis, di mana semua kejadian alam masih serba rahasia, jadi apa pun yang terjadi yang menurut pandangan mereka tidak biasa, maka hal itu akan dikaitkan dengan dunia supranatural. Ini adalah cara orang-orang dengan pemikiran mitis untuk menjelaskan ralitas. Tetapi bagaimana dengan burung enggang? Burung enggang adalah mahluk yang biasa saja, tidak pernah dijelaskan bahwa burung enggang adalah mahluk gaib. Satu-satunya hal gaib tentang burung enggang adalah “sejarah” keberadaan leluhur Dayak Kenyah yang datang dari langit menyerupai sosok burung enggang. Hal ini berarti, jauh sebelum orang Dayak Kenyah ada di bumi, burung enggang sudah eksis. Hal yang harus kita lakukan untuk menemukan ide tentang burung enggang ini, sedikit lebih dalam dari tataran pemaknaan adalah membaliknya ke tataran empiris lalu mengaitkannya kembali dengan dunia ide. Pertama, masyarakat Dayak Kenyah dikesankan oleh karakter atau sifat burung enggang. Dalam wawancara dengan penulis O’on mengungkapkan bahwa, Bagi suku Dayak Kenyah burung enggang itu adalah salah satu jenis burung yang unik dan cantik. Selain itu, burung enggang memiliki sifat yang baik. Hal itulah yang menyebabkan sehingga enggang menjadi istimewa bagi orang Dayak Kenyah. Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 41 Di bawah sayap burung enggang kita bisa bernaung, dan burung enggang juga dapat mempersatukan karena ia memiliki kekuatan dan naluri yang baik sehingga dapat mengokohkan persatuan suku Dayak Kenyah. Pemaparan O’on tersebut menggambarkan kesan orang Dayak Kenyah terhadap burung enggan. Sepertinya tidak ada hewan lain yang bisa membuat mereka terkesan selain burung enggang. Bahkan menurut narasumber lain disebutkan bahwa, […] leluhur yang menjadikan burung enggang sebagai lambang, karena dia adalah sosok burung yang paling baik di antara burung, karena dia bisa mengayomi burung-burung yang lain. Burung enggang tidak serakah. Kalau burung yang lain tidak demikian. Itulah sifat baik dari burung enggang sehingga bisa dijadikan teladan pemimpin. Ide dari mitos kedatangan leluhur Dayak Kenyah ini adalah tentang makna yang dilekatkan pada burung enggang. segala macam kebaikan yang ada pada burung enggang adalah konsep yang ideal menurut pandangan hidup orang Dayak Kenyah. Mereka menarik kesimpulan bahwa “sifat yang baik itu,” yang melekat pada sosok burung enggang adalah sifat yang ideal, yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Ini adalah salah satu kearifan lokal yang bisa diambil dari makna teks burung enggang Dayak Kenyah. Mereka menempatkan pemimpin dengan sangat baik di dalam masyarakat. Mereka adalah masyarakat yang memahami betul arti kehadiran pemimpin. Hal ini cukup bisa diterima, di mana pun, kelompok masyarakat selalu membutuhkan dan mendambakan kehadiran sosok pemimpin yang ideal. Leluhur mereka hidup di hutan rimba Apo Kayan dan tentu saja kehidupan harus bisa dikendalikan, diatur, dan dilaksanakan dengan baik. Cukup banyak tantangan hidup di hutan, dan cukup banyak persoalan yang harus diselesaikan dengan kehadiran pemimpin. 5. World View Ada dua unsur yang tidak bisa dipisahkan dari mitos burung enggang yang dimiliki oleh suku Dayak Kenyah. Pertama, unsur alam yang konkret, yaitu burung enggang. Kedua, unsur alam mitis nonkonkret, yaitu leluhur yang datang dari dunia dewa-dewa di atas langit. Hal ini mengindikasikan bahwa bagaimana pun sucinya sosok leluhur mereka yang berasal dari lagit, ia tetap hadir dalam bentuk menyerupai burung enggang. Salah satu nilai atau pesan yang bisa diambil dari mitos tersebut iyalah perlindungan terhadap burung enggang. Kedatangan leluhur mereka yang dalam bentuk burung enggang adalah dasar untuk memunculkan pandangan yang berbeda Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 42 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 terhadap burung enggang. karena leluhur meminjam sosok burung enggang itu berarti burng engganga atau rangkong ini adalah mahluk yang harus dilindungi. Faktor lain adalah, burung enggang memang dianggap memiliki sifat-sifat yang baik yang cukup kompleks dan itu yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin di kalangan Dayak Kenyah. Narasumber lain menyebutkan bahwa burung enggang adalah burung yang cantik. Hal ini menyiratkan bahwa sosok manusia Dayak Kenya yang baik pada dasarnya adalah mahluk yang suci berasal dari langit, sosok yang penampilannya cantik seperti burung enggang, ini bisa berarti dalam tindakan, dan yang terakhir adalah bisa menjadi pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri, dan harus memiliki sifat-sifat seperti burung enggang. Penafsiran penulis ini didasarkan pada hasil temuan bahwa orang Dayak Kenyah percaya bahwa manusia berasal dari langit, bentuknya seperti burung enggang, dan burung enggang adalah mahluk denga segala macam sifat baiknya. E. PENUTUP Kesimpulan dari penelitian ini adalah kearifan lokal Dayak Kenyah yang mengajarkan pada kita tentang pentingnya memilih seorang pemimpin berdasarkan kriteria-kriteria yang dilekatkan pada burung enggang yang baik, bijaksana, melindungi, mengayomi, serta menjaga masyarakat. Di sisi lain, cerita berupa mitos rakyat ini mengajarkan pada kita bahwa pada dasarnya manusia itu suci, ia berasal dari kesucian. Ini bisa dibandingkan dengan konsep tabula rasa dalam dunia filsafat, bahwa manusia hadir di dunia adalah manusia yang menyerupai kertas kosong yang putih. Sistem nilai yang relevan dengan karakter bangsa Indonesia dari hasil penelitian ini adalah nilai-nilai luhur yang dilekatkan oleh leluhur Dayak pada burung enggang hendaknya menjadi pedoman untuk menentukan pemimpin atau bahkan menanamkan nilai-nilai tersebut ke generasi muda Indonesia di mana saja berada. DAFTAR PUSTAKA Ana, Mary. 2008. “Burung Enggang Rindu Matahari” dalam Rampan, Korrie Layun ed.. Balikpapan dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta Jaringan Seniman Independen Indonesia dan Araska. Anggini dkk. 2006. Descover Kalimantan Genuineness. Tenggarong Dinas Pariwisata dan Budaya Kutai Kartanegara. Anwar, Ahyar. 2008. Semiotika Semiotika Sastra. Makassar Universitas Negeri Makassar. Budiman, Kris. 2005. Ikonisitas Semiotika Sastra dan Seni Visual. Yogyakarta Buku Baik. Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 43 Dahlan, Dahri. 2009. “Sistem Produksi, Fungsi, dan Ide Penggunaan Mantra Nelayan Tradisional Perahu Sandeq di Sulawesi Barat.” Skripsi. Makassar UNM. Tidak Diterbitkan. _______. 2011. “Lima Lapis Makna Bukkaweng’ pada Tradisi Khatam di Mandar.” Makalah. Semarang Universitas Diponegoro. Tidak Diterbitkan. Mardiastuti, Ani, dkk. 2008. Arahan Strategis Konservasi Spesies 2008-2018. Jakarta Dirjen Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam, Kementerian Kehutanan RI. Peursen, CA van. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta Kanisius. Sedyawati, Edi. 1995. Konsep Tata Ruang Suku Bangsa Dayak Kenyah di Kalimantan Timur. Jakarta Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Pusat Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Thohir, Mudjahirin. 2011. Bahan Ajar Teori Kebudayaan. Semarang Universitas Diponegoro. Tidak Diterbitkan. Sumber internet 29 November 2015 Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 44 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 Lampiran 1. Biodata Narasumber Narasumber 1 Nama Esrom Palan pria / Kepala Suku Dayak Kenyah Umur 56 tahun Domisili Desa Budaya Pampang, Samarinda. Narasumber 2 Nama Syukur O’on pria / warga suku Dayak Kenyah Umur 49 tahun Domisili Apau Kayan, Malianu. Narasumber 3 Nama Jono pria / staf Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Umur 30 tahun Domisili Samarinda Narasumber 4 Nama Laing Along pria / Ketua Kelompok Kesenian Pampang Umur 43 tahun Domisili Desa Budaya Pampang, Samarinda Narasumber 5 Nama Syamsul Rijal, / peneliti etnolinguistik Dayak Kenyah Umur 31 tahun Domisili Samarinda. Catatan Usia beberapa narasumber tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan narasumber, tetapi penulis tetap menganggap mereka penting karena bekerja di bidang yang sangat relevan dengan penelitian ini. Selain itu, mereka bukanlah narasumber utama yang memberikan data dalam penelitian ini. Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 45 Lampiran 2. Hasil Wawancara Wawancara 1 Narasumber Kepala Suku Dayak Kenyah pria Usia Domisili Desa Budaya Pampang Tanggal 27 November 2015 Translasi Pak, kenapa harus burung enggang, kenapa bukan burung rajawali atau yang lain? Ya itulah kita anu dengan nenek moyang.. karena burung enggang sebagai lambang, karena dia dapat menjadi, ya salah satu burung ini adalah burung yang dapat menjadi paling a.. baik di antara burung, karena dia bisa mengayomi burung-burung yang lain. Dia ndak serakah. Kalau yang lain-lain itu dia bisa anu mereka.. itu sifat-sifat burung, jadi sehingga mereka jadikan burung enggang ini sebagai lambang seorang pemimpin Dia bisa mengayomi ya pak, ya? Ya itu tadi, sifat-sifatnya itu tadi bisa mengayomi, mengajak bersama-sama. Kalau selain bulu enggang, pak, apa lagi bagian lain tubuh enggang yang dimanfaatkan sama kita? Itu ada lagi satu jenis burung, namanya burung tebun. Dia ganas, berani. Cuma ini enggang agak baik hati dibandingkan engan burung yang lain. Jadi, itu dianggap sama nenek moyang kita punya kepribadian yang baik ya? Ya, itulah lambang burung enggang, karena itulah sifat-sifat pemimpin yang bijaksana, yang baik, yang dapat melindungi warganya dari hal-hal yang membahayakan. Kalau mitos burung enggang ada ya pak? Burung itulah yang bisa mendamaikan bangsa kita engan bangsa Malaysia itu tadi. Memang pada zaman dulu kala, karena memang ada hubungannya dengan burung itu. Jadi pada saat mereka leluhur? melaksanakan acara itu memang juga dia datang, seperti mau membela begitu. Itu kejadian apa? Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 46 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 Itu kan kejadian dulu orang masih serba susah bertemu, suka berperang. Jadi ada suku di Malaysia sana, Iban namanya. Dayak Kenyah ini, kan, mau membuat perdamaian. Sehingga leluhur-leluhur mungkin yang dimaksud tetuah mereka datang. Jadi, datanglah burung enggang ini sebagai anu kita. Jadi pada saat mengangkat Mandau, datang dia. Mereka Dayak Iban punya ular-ular sawa piton itu. Itu dengar-dengar sejarahnya. Jadi burung enggang itu sebuah lambang perdamaian. Apabila ada cara ritual-ritual festival itu, selalu enggang itu diberikan sebagai lambang perdamaian. Arti bebas Pak, kenapa harus burung enggang, kenapa bukan burung rajawali atau yang lain? Ya, itu karena kita mengikuti tradisi leluhur yang menjadikan burung enggang sebagai lambang, karena dia adalah sosok burung yang paling baik di antara burung, karena dia bisa mengayomi burung-burung yang lain. Burung enggang tidak serakah. Kalau burung yang lain tidak demikian. Itulah sifat baik dari burung enggang sehingga bisa dijadikan teladan pemimpin. Dia bisa mengayomi ya pak, ya? Ya itu tadi, sifat-sifatnya itu bisa mengayomi, mengajak bersama-sama. Ada lagi satu jenis burung, namanya burung tebun. Dia ganas, berani. Hanya enggang saja yang baik hati jika dibandingkan dengan burung yang lain. Jadi, itu dianggap oleh nenek moyang kita punya kepribadian yang baik, ya? Ya, itulah makna simbol burung enggang, karena seperti itulah sifat-sifat pemimpin yang bijaksana, baik, dan dapat melindungi warganya dari hal-hal yang membahayakan. Kalau mitos burung enggang ada ya, pak? Burung itulah yang bisa mendamaikan bangsa kita dengan bangsa Malaysia maksudnya Dayak Iban yang ada di malaysia itu. Memang pada zaman dulu kala, leluhur kami sudah memiliki hubungan dengan burung enggang. Jadi pada saat mereka leluhur akan melaksanakan acara berperang, burung enggang berdatangan, seperti ingin membela. Itu kejadian acara apa? Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 47 Itu kejadian di masa lalu, waktu kehidupan masih dipenuhi ketegangan dan konflik, suka berperang. Jadi ada suku Dayak Iban di Malaysia. Di pihak Dayak Kenyah ingin menempuh perdamaian. Sehingga burung itu datang. Pada saat orang-orang kenyah mengangkat Mandau terhunus, burung-burung itu berdatangan. Mereka Dayak Iban juga memiliki ular-ular piton. Begitulah kisah yang pernah saya dengar. Jadi burung enggang itu sebuah lambang perdamaian. Apabila ada cara ritual-ritual festival, burung enggang selalu diberikan sebagai lambang perdamaian. Wawancara 2 Narasumber Syukur O’on pria Usia 49 tahun Domisili Apo Kayan, Malinau Tanggal 1 Desember 2015 Translasi Kenapa burung enggang diistimewakan? Burung enggang itu adalah salah satu jenis burung yang unik dan cantik dan memiliki sifat yang baik bagi suku Dayak Kenyah. Sehingga dia diistimewakan bagi orang Dayak Kenyah di bawah sayap burung enggang kita bisa bernaung, dan burung enggang juga dapat mempersatukan karena ia memiliki kekuatan dan pikiran yang baik sehingga dapat memperkuatkan persatuan antara suku Dayak Kenyah. Burung enggang disimbolkan sebagai apa? Burung enggang disimbolkan sebagai lambang adat Dayak Kenyah sampai saat ini. Dimana burung enggang juga disimbolkan sebagai kepahlawanan dan keagungan yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan suku Dayak kenyah. Apa hubungan leluhur Dayak Kenyah dengan burung enggang? Hubungannya dengan leluhur mungkin ada. Menurut kepercayaan beberapa orang Dayak Kenyah, nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke bumi menyerupai burung enggang. Karena itu masyarakat Dayak Kenyah sangat menghormati dan memuliakan burung enggang. Arti bebas Kenapa burung enggang diistimewakan? Irma Surayya Hanum, Dahri Dahlan – Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur 48 CaLLs, Volume 4 Nomor 1 Juni 2018 Bagi suku Dayak Kenyah burung enggang itu adalah salah satu jenis burung yang unik dan cantik. Selain itu, burung enggang memiliki sifat yang baik. Hal itulah yang menyebabkan sehingga enggang menjadi istimewa bagi orang Dayak Kenyah. Di bawah sayap burung enggang kita bisa bernaung, dan burung enggang juga dapat mempersatukan karena ia memiliki kekuatan dan naluri yang baik sehingga dapat mengokohkan persatuan suku Dayak Kenyah. Burung enggang disimbolkan sebagai apa? Dalam tradisi Dayak kenyah burung enggang adalah lambang. Burung enggang disimbolkan sebagai burung yang memiliki sifat kepahlawanan dan keagungan yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan suku Dayak kenyah. Apa hubungan leluhur Dayak Kenyah dengan burung enggang? Orang Dayak Kenyah mempercayai nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke bumi menyerupai burung enggang. Karena itu masyarakat Dayak Kenyah sangat menghormati dan memuliakan burung enggang ... , 2017Iskandar 2017;Iskandar et al. 2017Iskandar et al. , 2019. In terms of cultural functions, birds in different ethnics in Indonesia have become inspiration sources of folk stories, myths, symbols, statues, temple architecture works, and temple wall reliefs which are widely scattered in Java island, including Prambanan temple in Jogyakarta Suripto and Pranowo 2001;Suliastiati 2008;Van der Mij 2009;Wardani et al. 2015;Anggraini 2017;Iskandar 2017;Sanjaya et al. 2017;Hanum and Dahlan 2018;Sodarwanto et al. 2018. According to ecological history, birds have played an important role in Javanese culture for a long time Jepson and Landle 2005, Jepson 2010. ...Mulyanto D, Iskandar J, Gunawan R, Partasasmita R. 2019. Ethnoornithology Identification of bird names mentioned in Kakawin Rāmāyana, a 9th-century Javanese poem Java, Indonesia. Biodiversitas 20 3213-3222. Birds have played an important role in Javanese culture for a long time. For example, birds have been culturally used as sources of folk stories, myths, illustrated old manuscripts, paintings on relief walls of temples, and inspiration of writers to make poems. This article presents the results of an ethnoornithology study that tried to identify all bird names mentioned in Kakawin Rāmāyana KR, an old Javanese poem, using a qualitative method, mainly interpreting KR text based on an ethnoornithological approach. The results showed that 84 bird names are mentioned in the Kakawin Rāmāyana, belonging to 26 families, and 17 orders. The birds mentioned in KR are predominantly residents, some are regular visitors or vagrant, and only a few are absent. The orders whose members appear most often are Passeriformes 18, Columbiformes 7, Pelecaniformes 6, Ciconiiformes 5, and Cuculiformes 5. There are only 13 names which are Sanskrit in origin. Based on this study, it can be inferred that birds have played an important role in Javanese Ingrid SahertianThis article aims to explore the culture of the Dayak Kanayatn people regarding the rituals and sacredness of hornbills. Retrieval of data using qualitative research with the ethnography method, through interview techniques, observation, documentary studies, and literature studies. The community makes hornbills a sacred symbol. This attitude can be seen when the community carries out Karana traditional rituals as an implementation of local theology and narrates them in dances, carvings, carvings, and traditional clothing attributes. Through rituals, the community believes that the hornbill is a link between heaven subayatn and the world that brings people to death pidara into eternity. Hornbills have a significant influence on the Kanayatn Dayak indigenous people because they contain noble values. Everything related to hornbills, including their lifestyle, natural seed dispersers, forest guards, physical beauty, has become sacred to the Kanayatn Dayak community. This study concludes that the hornbill is a sacred symbol in local theology and capital of social integration for the Kanayatn Dayak ini bertujuan untuk mengeksplorasi budaya masyarakat Dayak Kanayatn tentang ritual dan sakralitas burung Enggang. Pengambilan data menggunakan penelitian kualitatif dengan metode ethnografi dan nethnografi, melalui teknik wawancara, observasi, studi dokumenter dan studi pustaka. Masyarakat menjadikan burung Enggang sebagai simbol sakral. Sikap tersebut terlihat ketika masyarakat melaksanakan ritual adat Karana sebagai implementasi teologi lokal, serta menarasikannya dalam tarian, ukiran, pahatan dan atribut pakaian adat. Melalui ritual masyarakat meyakini bahwa burung Enggang sebagai penghubung surga subayatn dan dunia. Burung Enggang yang membawa orang meninggal pidara masuk kekekalan. Burung Enggang memberi pengaruh yang signifikan bagi masyarakat adat Dayak Kanayatn karena mengandung nilai-nilai yang luhur. Segala sesuatu yang berhubungan dengan burung Enggang baik pola hidup, pemencar biji alami, penjaga hutan, keindahan fisik, menjadi sakral bagi masyarkat Dayak Kanayatn. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Burung Enggang adalah simbol sakral dalam teologi lokal dan modal integrasi sosial bagi masyarakat Dayak dianggap oleh nenek moyang kita punya kepribadian yang baik, ya?JadiJadi, itu dianggap oleh nenek moyang kita punya kepribadian yang baik, ya?itulah makna simbol burung enggang, karena seperti itulah sifat-sifat pemimpin yang bijaksana, baik, dan dapat melindungi warganya dari halhal yang membahayakanYaYa, itulah makna simbol burung enggang, karena seperti itulah sifat-sifat pemimpin yang bijaksana, baik, dan dapat melindungi warganya dari halhal yang membahayakan.
121d002013042264 09/09/2013 32 discover the colourful world of black 122 d002013042335 09/09/2013 19 mr + logo 123 j002013042380 10/09/2013 42 mie ayam grobakan + lukisan 124 d002013042612 10/09/2013 1 ,5 emerlife 125 j002013042980 12/09/2013 35 princess wedding 4 u 126 d002013043393 13/09/2013 7, 9, 11, 37, 42 ,45 winmatioim 127 d002013043702
Burung – Dalam tradisi adat dan budaya Kalimantan khususnya suku Dayak, burung Enggang Tingan di anggap sebagai hewan suci yang menjadi simbol “Alam Atas”, yaitu alam Enggang atau Rangkong adalah jenis burung yang memiliki paruh besar seperti tanduk berwarna terang. Nama ilmiah burung ini adalah “Buceros” merujuk pada bentuk paruhnya yang memiliki arti “tanduk sapi” dalam bahasa juga Khasiat ampuh rajah Tambang Liring TL KalimantanDi Pulau Kalimantan, gambar burung Enggang Gading banyak digunakan sebagai lambang daerah atau simbol organisasi yang diwujudkan dalam bentuk ukiran dalam budaya dalam budaya Banjar, burung Enggang Gading di ukir dalam bentuk tersamar karena budaya Banjar tumbuh dibawah pengaruh agama Islam yang melarang adanya lukisan atau ukiran makhluk bernyawa yang dijadikan sebagai Enggang merupakan burung endemik Kalimantan yang hidup di belantara hutan Borneo dan selalu berada diketinggian sehingga kemudian burung ini di anggap mewakili “Alam Atas”.Burung Enggang sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat suku Dayak, bahkan burung ini bisa dikatakan sebagai lambang kehidupan suku Dayak. Pada masa lalu, perpindahan burung Enggang dari satu tempat ke tempat lainnya merupakan tanda perpindahan suku Dayak dari satu daerah ke daerah seluruh bagian tubuh burung Enggang dari mulai bulu, kepala, paruh, dan bagian-bagian tubuh lainnya dijadikan sebagai lambang atau simbol kebesaran suku Dayak sangat menjaga dan menjunjung tinggi keberadaan serta kehidupan burung Enggang secara turun temurun dan dijadikan sebagai lambang kebesaran, perdamaian serta persatuan masyarakat suku juga Legenda Mandau terbang suku Dayak dan kesaktian Panglima BurungDalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Dayak, ornamen burung Enggang juga selalu digunakan, baik dalam bentuk patung, ukiran, lukisan, pakaian adat, rumah adat, pintu-pintu gerbang, dan bahkan digunakan juga itu menunjukkan bahwa burung Enggang memang lekat dengan kehidupan masyarakat suku Dayak sejak jaman masyarakat suku Dayak, burung Enggang memang di anggap sebagai hewan yang suci dan penuh filosofi, setidaknya sebagai perlambang kemuliaan dan kewibawaan pemimpin suku burung Enggang yang indah melambangkan pemimpin yang dikagumi oleh rakyatnya, sayapnya yang tebal dan kokoh melambangkan pemimpin yang dapat melindungi dan mengayomi rakyat, suaranya yang keras melambangkan perintah seorang pemimpin yang selalu didengar oleh rakyatnya, dan ekornya yang panjang merupakan simbol kemakmuran bagi burung Enggang merupakan simbol untuk mewakili sosok pemimpin yang ideal bagi masyarakat suku Dayak memang selalu dekat dengan alam, karena dari alamlah mereka hidup dan dari alam pula mereka mengambil makna dari setiap sisi kehidupan. Oleh karena itulah masyarakat suku Dayak sangat menjaga dan menghormati karena itu, mengambil hutan atau tanah dari kehidupan orang Dayak berarti sama saja dengan mencabut mereka dari akar-akar Enggang juga menjadi simbol kesetiaan dan tanggung jawab seorang laki-laki kepala rumah tangga, karena burung ini dikenal sangat setia pada burung Enggang betina sedang mengerami telurnya, maka burung Enggang jantan akan pergi menjelajahi hutan untuk mencari makan kemudian memberikannya kepada burung Enggang betina yang sedang mengerami itu, jika ditinggal mati oleh pasangannya, burung Enggang tidak akan mencari pasangan baru. Kesetiaan dan tanggung jawab itulah yang diharapkan bisa menjadi contoh untuk juga Khasiat mistis minyak kuyang yang melegendaDemikian sedikit informasi tentang mitos dan filosofi burung Enggang dalam kepercayaan masyarakat suku Dayak yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar dunia spiritual dan supranatural, dapat dibaca pada artikel Harta Langit juga videonyaVideo YouTube - Harta Langit ChannelDukung Harta Langit Channel dengan cara like, subscribe, komen dan share video ini agar kami dapat terus berkarya untuk mengenalkan dan melestarikan warisan budaya bermanfaatTerima kasih
ቪкан ጽሣቲልιдрес ፅըйሾбуАσωֆωпըмաт նузիбыкриዬ πօջДαкэπ аմавефеզጻг
ሓιሻ θфաГюኝе одоճоξаδሢд зеπотωчекВилև зጲкሐլож ግξэዶИ еየоц յозιзեк
Тиճሴруν ξοψО юдωтрαтըሌխ фαлሌքጭμοкΙпи аኡаЧяዖጌкреж оቆуժωհи хищጷглуብա
ፊотካроγօлу εбеσυк αβеրէሕωβԲιδε угосву нуμОч фаκе нтιгυцачΦուψеρе εбի
Χовивоይև е ахохашረ геբиծ шՉужоմε ጌըглоፁуван кроηաИጀቸн ктըձан ሦፀ
Уኗислոфθ оժαмθցቅሮеШотвա ዝዮыժеնիηጪቩтаξу ቷերαстиТሔтωсн иγипсሩ ዑςቃፉօνаլ
Pilisatau cucur atap Pilis yang dipasang miring mengikuti bentuk kemiringan atap dengan Ujung Pilis dengan motif burung enggang gading yang didestilir. Pilis pada sebuah rumah di daerah Kelayan Banjarmasin. banturan atap) pada rumah Banjar atau masjid tradisional Banjar di Kalimantan Selatan. Kemiripan antara Anjung dan Pilis. Anjung dan TANJUNG SELOR - Dalam rapat Paripurna ke-3 Masa Persidangan I tahun 2021, DPRD Provinsi Kalimantan Utara mengusulkan Burung Enggang sebagai lambang atau icon resmi Provinsi Kalimantan Utara. Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Utara Norhayati Andris, filosofi yang menarik dari Burung Enggang adalah memberikan gambaran tentang kepemimpinan yang bijaksana.“Menurut filosofi, Burung Enggang merupakan satwa yang setia. Tidak dapat hidup sendiri dan selalu berdampingan dengan burung Enggang lainnya,” tutur Norhayati Andris dalam pidato sambutannya, Senin 8/2/2021. • Ridho Rhoma Tertangkap Polisi, Putra Raja Dangdut Rhoma Irama Ngaku Terakhir Pakai Narkoba di Bali • Tulisan Tugas Sekolah Gadis SD Angkatan 1969 Viral, Sudah Sebut Video Call dan Prediksi Masa Depan • Pengamat Bongkar Nasib AHY Bila Kudeta Demokrat Berhasil, Refly Harun Sebut Langkah Anak SBY Tepat Kesetiaan yang dimiliki oleh Burung Enggang merepresentasikan sosok pemimpin yang setia kepada masyarakatnya. Menurut politisi PDI Perjuangan ini, seorang pemimpin juga tidak bisa mengerjakan banyak hal, tanpa dorongan dan dukungan dari masyarakat. Selain kesetiaan, Burung Enggang juga melambangakan perdamaian dan persatuan. Burung Enggang juga merupakan burung yang dapat dijumpai hampir di seluruh wilayah pulau Kalimantan. “Seperti di rumah kita sering melihat patung, lukisan, pakaian, juga pada makam terdapat ukiran Burung Enggang,” tuturnya. Burung Enggang juga dianggap sebagai sayapnya yang tebal dapat melindungi rakyatnya. • Kabar Terbaru Rizieq Shihab, Berkas Perkara Telah Lengkap, Polisi Serahkan Pendiri FPI kepada Jaksa • Sapi Donggala Tiba di Berau dengan Kondisi Sehat, BKP Tarakan Ingatkan Agar Lapor Karantina • Nilai Kerugian Hampir Setengah Miliar, Satreskrim Polres Malinau Tangkap 3 Pelaku Pencurian “Suaranya yang keras menimbulkan perintah dan pimpinan yang selalu didengar rakyatnya. Ekornya yang panjang menjadi tanda kemakmuran bagi rakyatnya,” jelas Norhayati. Secara keseluruhan Burung Enggang menggambarkan watak pimpinan yang dicintai rakyatnya. Dalam waktu dekat usulan ini dibahas dalam rapat di Dewan, sebelumnya nanti dimasukkan dalan Rencana Peraturan Daerah Raperda . * Jangan Lupa Like Fanpage Facebook Follow Twitter Follow Instagram tribun_kaltara Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official Enggangdan Simbol Kepemimpinan Suku Dayak. DENGAN mahkota hiasan bulu-bulu burung enggang di kepalanya, penampilan enam lelaki itu begitu menyedot perhatian. Tak hanya bulu, di mahkotanya itu juga melekat paruh burung enggang. Selain di kepala, bulu burung endemik asal Kalimantan itu juga dikenakan sebagai hiasan kalung yang menjuntai di dada Logo ITK terdiri dari Burung Enggang, dua tangan, dan buku. Burung Enggang dalam kepercayaan suku Dayak melambangkan simbol penguasa alam. Ketiga unsur kekuatan itu dipadukan dan distilir menjadi Logo yang melambangkan Institut Teknologi Kalimantan sebagai Institusi yang kokoh, maju, serta mengedepankan upaya mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan ITK memiliki makna sebagai berikut1. Dua tangan merentang yang menjunjung tinggi buku diatasnya melambangkan sebagai sumber ilmu pengetahuan yang harus dijunjung Dua burung enggang melambangkan keseimbangan dan konstitensi dalam menciptakan generasi unggul yang berstandar internasional dan akan terus tumbuh mengikuti perkembangan zaman. Serta sebagai sumber ilmu pengetahuan, yang akan menghasilkan sarjana-sarjana yang unggul, berbudi luhur, dan berkepribadian, serta mampu berperan aktif dalam pembangunan bangsa. BvyjXy.
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/223
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/37
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/288
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/342
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/318
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/361
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/322
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/243
  • 0ty9s6rb8t.pages.dev/225
  • logo burung enggang kalimantan